Ribuan Gadis Datangi Makam Keramat Marongge.
Lintas Jabar,TarungNews - Sejak jaman dahulu, di kawasan Tatar Sunda, ada sebuat Ritual ilmu Pelet yang sangat Sakti Mandraguna. Ilmu Pelet, atau ilmu pemikat cinta, dan bila seseorang sudah terkena oleh ilmu pemikat cinta tersebut, Pria Maupun Wanita apalagi Ilmu Pelet, yang Sakti Mandraguna seperti Pelet Marongge, dampak yang rasakan oleh si korban sangatlah luar biasa, si korban tersebut, bisa seperti gila mendadak, dan lupa ingatan dan bila sudah terjadi demikian susah untuk di sembuhkan.
Pada masa akhir kejayaan kerajaan Mataram, Tepatnya di bawah kaki, Gunung Hade, Desa Babakan (sekarang desa Marongge) Kabupaten Sumedang, hiduplah empat orang putri yang sangat terkenal dengan kecantikanya dan juga kesaktianya. Empat orang putri tersebut bernama, Nyimas Gabug, Nyimas Setayu, Nyimas Naibah dan Nyimas Naidah, dan mereka berasal dari Kerajaan Mataram.
Dari ke empat putri yang cantik itu tidak ada satupun di antara mereka yang menikah, bukan karena mereka tidak berhasrat, akan tetapi tidak ada pria,maupun kesatria, yang bisa menandingi kesaktian dari empat putri cantik tersebut. Konon di ceritakan kecantikan ke empat Putri dari Kampung Babakan tersebut telah tersiar ke seantero negeri, hingga suatu saat datanglah Maha Patih utusan dari Kerajaan lengkap dengan para ponggawa kerajaan, kedatangan Maha Patih tersebut, di utus oleh Raja untuk mempersunting salah satu dari keempat Putri tersebut.
Sesampainya di kawasan kampung babakan, Maha Patih utusan dari Kerajaan di sambut oleh ke empat wanita cantik, yakni Nyaimas Gabug, Setayu, Naibah dan Naidah. Singkatnya cerita Nyimas Gabug, sebagai kaka tertua mewakili adik-adik,nya untuk berbicara dengan utusan dari Kerajaan, “ Hai maha patih kerajaan sampaikan pesan, saya, Nyimas Gabug, dan juga pesan dari tiga saudara perempuan saya, kalau sang Raja mau lamaranya kami terima, Raja harus bisa mengalahkan kesaktian kami berempat, kami tidak butuh Mas,Intan Berlian, sampaikanlah pesan kami,ini kepada raja kalian “ tutur Nyimas Gabug.
Tidak berapa lama pulanglah sang Maha Patih utusan dari kerajaan, untuk menyampaikan pesan dari Nyimas Gabug, dan ketiga saudaranya, sesampainya di Keraton Kerajaan sang Maha Patihpun, langsung menceritakan pesan dari Nyimas Gabug, dan sang Raja langsung menyanggupi tantangan dari Nyimas Gabug dan tiga saudaranya.
Berangkatlah rombongan raja dengan di iringi ki Maha Patih dan ponggawa kerajaan menuju Kampung Babakan yang terletak di kaki Gunung Hade daerah Kabupaten Sumedang. Singkat cerita datanglah Sang Raja dan rombongan di kediaman Nyimas Gabug dan ketiga saudaranya, dan Sang Rajapun berkata “ Hai keempat wanita cantik kesaktian apa yang akan kalian perlihatkan di hadapanku, sebagai syarat untuk mempersunting salah satu di antara kalian “ lalu Nyimas Gabug, tampa basa-basi mengambil Buah Kukuk, (semacam Buah Labu, yang aga besar) lalu buah kukuk,itupun di lemparkan ke Sungai Cilutung, dan terbawa hanyut, ke hilir sungai Nyimas Gabug, lalu berkata “ silahkan Tuan Raja kembalikan arah Buah Kukuk, itu agar melaju kearah Hulu Sungai, alias melaju melawan arus Sungai “ kata Nyimas Gabug kepada Raja.
Sang Rajapun segera mengeluarkan segenap ilmu kedigjayaanya untuk merubah lajunya arah Buah Kukuk, yang terbawa hanyut di sungai cilutung, agar kembali kea rah hulu sungai, sampai sekian lama Buah Kukuk,pun tak ujung kembali, sampai Sang Raja, mengeluarkan ilmu pamungkaspun, tetap tidak berhasil, berkatalah Sang Raja “ Hai Nyimas Gabug, aku mengaku kalah tapi perlihatkan dulu kesaktianmu untuk memanggil Buah Kukuk yang sedang hanyut di Sungai itu “ Nyimas Gabug, lalu berjalan kea rah pinggir sungai, dengan hanya mengibaskan Kerudung Cindewulung,nya kagetlah Sang Raja, melihat Buah Kukuk berbalik arah menuju ke hulu, melawan arus, dan Buah Kukupun, tidak hanya berbalik melawan arah, tetapi sampai bisa meloncat ke sebuah batu cadas, yang hingga sekarang Batu Cadas tersebut di beri nama Cadas Meja, jangankan benda yang bernyawa, benda yang tidak bernyawa seperti Buah Kukuk, bisa di panggil, oleh kesaktian Nyimas Gabug.
Hingga akhir hayatnya ke empat Wanita nan cantik jelita itu tidak menikah, Nyimas Gabug ketika akan mendekati ajalnya, dia bersemedi di sebuah Gua, dan kemudian pintu Gua tersebut di tutupi oleh ketiga adiknya dengan ranting-ranting dari pohon rengge, (pohon haur). Nyimas Gabug berkata kepada adik-adiknya bahwa kelak tempat tersebut akan banyak di Ziarahi oleh kaum Hawa. Terutama para wanita yang di sakiti batinya oleh kaum pria, dan tempat tersebut berubah nama menjadi Kampung Marongge, karena Gua tempat semedi Nyimas Gabug, selalu terlihat seberkas sinar yang berasal dari ranting-ranting pohon rengge.
Dan mengenai Tuah atau ke Ajaiban yang di keluarkan dari ke empat makam yang ada di Marongge tersebut hanya Allah,lah yang Maha tau. Suasana di Makam Marongge sekarang banyak di datangi oleh penjiarah dari berbagai pelosok nusantara, dengan berbagai niat dan tujuan yang berlainan. Semula memang Makam Keramat Marongge lebih banyak di datangi oleh kaum Hawa (perempuan) terutama wanita yang ingin cepat mendapatkan jodoh, atau wanita yang di sakiti batinya oleh Pria.
Menurut Juru Kunci ( Kuncen ) Makam Keramat Marongge, Pak Narsim ( 82 ) yang sempat berbincang dengan Tim Media Online TarungNews, beberapa saat lalu, mengatakan bahwa rata-rata penjiarah yang datang sekitar 15 orang, setiap harinya dan akan bertambah pada setiap malam selasa dan malam jum,at “ bahkan bisa mencapai 300 orang pada waktu Jum,at Kliwon “ tutur Narsim. Pak Narsim, yang sejak tahun 1950 telah menjadi Juru Kunci (Kuncen) di Makam Keramat Marongge, mengakui, ketenaran makam Marongge memang tersebar sejak lama. Diceritakan-nya, komplek pemakanan yang terletak di gunung Hade, termasuk Desa Marongge KecamatanTomo, Sumedang, yaitu sekitar 40 km ke arah timur dari ibukota Kabupaten itu, banyak memiliki keistimewaan.
Keistimewaan itu, menurut Narsim,antara lain karena adanya empat buah makam putri,yang konon selain memiliki paras jelita, juga mempunyai kesaktian yang tiada tandingannya.
Untuk mencapai komplek pemakaman tersebut,dari kota Sumedang,dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum jurusan Kadipaten.Alternatif lain dapat pula dengan menggunakan bus antar kota,baik yang menuju Cirebon ataupun Kuningan.
Dari jalan Raya Tomo, sekitar tiga kilometer dapat ditempuh dengan ojeg. Sedangkan menuju ke lokasi makam yang terletak di atas bukit itu, hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki, dengan terlebih dulu melewati sekitar 60 buah anak tangga.
Peziarah yang datang ke Marongge dengan keinginan tertentu, diharuskan membawa persyaratan khusus.Seperti kemenyan, bunga rampai dan minyak wangi yang ditempatkan pada botol tertentu. "Minyak wangi dengan botol seperti itulah, yang selalu digunakan oleh putri Kharisbaya, salah seorang istri pangeran Geusan Ulun dari Kerajaan Sumedang, " tutur Narsim seraya memperlihatkan botol kecil tempat minyak wangi.
Agar keinginannya dapat terkabul,peziarah juga diwajibkan berpuasa dan bermalam paling lama tiga hari di makam Marongge.Di komplek pemakaman,selain terdapat bangunan tempat makam empat putri,juga ada beberapa bangunan untuk menampung peziarah yang akan bermalam di sana. Tidak dilakukan pemisahan antara tempat pemondokan peziarah pria dan wanita.
Selama menginap di komplek pemakaman tersebut, peziarah diwajibkan membaca surat Al-Ikhlas sebanyak-banyaknya. Bagi mereka yang memiliki masalah khusus, maka Narsim akan memandikan mereka pada tengah malam di Sungai Cilutung."Hal ini tentunya ditujukan bagi mereka yang bersedia ," katanya.
Dijelaskan, selama menjadi kuncen di tempat tersebut, Bapak dari sebelas putra itu, memperkirakan telah ada jutaan pengunjung yang datang ke tempat tersebut. la tidak memasang tarip dan karcis tamu kepada para peziarah. Namun atas keikhlasanya,para peziarah memberikan uang alakadarnya kepada Narsim.
Uang sumbangan para peziarah,selain digunakan untuk pemeliharaan dan pembangunan komplek pemakaman, juga sebagian disisihkan bagi pembangunan Desa Marongge.
Ketika ditanya dari kalangan mana saja yang pernah datang ke tempat tersebut, Narsim mengemukakan, berbagai kalangan pernah datang ke Marongge, dari mulai pedagang sampai para artis. "Bahkan pejabat tinggipun ada yang pernah datang ke sini," ujar Narsim seraya membisikan nama seorang pejabat ,tinggi pusat yang dikenal oleh hampir seluruh bangsa Indonesia. *** Tim TarungNews / SJ.Saleh ***